Reli Greenback Tersendat, Yen Terkatrol Pandangan Pemimpin G7
Thursday, April 18, 2024       13:42 WIB

Ipotnews - Dolar melemah, Kamis, karena trader menelaah prospek suku bunga Amerika setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi bahwa setting moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu lebih lama.
Yen, sementara itu, sempat menguat setelah Wakil Menteri Keuangan Jepang, Masato Kanda, mengatakan pemimpin keuangan G7 menegaskan kembali pendirian mereka bahwa volatilitas mata uang yang berlebihan tidak diinginkan, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Kamis (18/4).
Greenback melesat dalam beberapa pekan terakhir karena data ekonomi Amerika Serikat yang solid dan inflasi yang terus bertahan meredam ekspektasi penurunan suku bunga dalam jangka pendek. Ketegangan di Timur Tengah juga menambah daya tarik safe haven dolar.
Penguatan dolar membayangi pasar mata uang, membuat yen tetap berada di dekat posisi terendah dalam 34 tahun dan memicu peringatan dari otoritas Jepang, ketika trader khawatir tentang kemungkinan intervensi.
Mata uang emerging market juga berada di bawah tekanan. Amerika, Jepang dan Korea Selatan sepakat untuk berkonsultasi erat mengenai pasar valuta asing dalam dialog keuangan trilateral pertama mereka, Rabu, sebagai tanggapan terhadap kekhawatiran Tokyo dan Seoul atas penurunan tajam mata uang mereka baru-baru ini.
"Pernyataan tersebut kemungkinan dimaksudkan untuk mengendalikan pasar dan meningkatkan kemungkinan intervensi pasar bersama jika JPY dan KRW semakin melemah terhadap USD," kata Wei Liang Chang, analis DBS.
Mata uang Jepang menguat menjadi 153,96 per dolar, Kamis, setelah Kanda mengatakan tentang kesepakatan para pemimpin keuangan G7 untuk menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pergerakan mata uang.
Terakhir, yen berada di 154,345, tidak jauh dari level terendah 34 tahun 154,79 yang dicapai pada sesi Selasa.
Pelaku pasar meningkatkan kemungkinan intervensi oleh otoritas Jepang guna menopang yen, sekarang menunjuk ke level 155 dari sebelumnya 152, bahkan mereka yakin Jepang dapat mengambil tindakan kapan saja.
Namun, mengingat penguatan dolar yang luas, Chang mengatakan model mereka menunjukkan risiko intervensi mungkin bergeser lebih tinggi ke kisaran 156, karena otoritas Jepang mempertimbangkan tingkat yen terhadap sejumlah mata uang lain yang terdepresiasi.
Jepang terakhir kali melakukan intervensi di pasar mata uang pada 2022, menghabiskan sekitar USD60 miliar guna mempertahankan yen.
Euro sebagian besar tidak berubah di USD1,0676, setelah mencatat kenaikan 0,5% pada sesi Rabu, dan menjauh dari level terendah lima bulan yang dicapai pada perdagangan Selasa. Poundsterling terakhir berada di posisi USD1,2465, naik 0,15% versus dolar AS.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, terakhir turun 0,08% menjadi 105,87, menjauh dari level tertinggi lima setengah bulan di 106,51 yang dicapai pada sesi Selasa, karena trader mengkonsolidasikan posisi. Indeks tersebut melambung 4,5% sejauh tahun ini.
Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga the Fed sebesar 44 basis poin tahun ini, jauh lebih rendah dari ekspektasi awal tahun sebesar 160 bps, dengan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran tersebut, menurut FedWatch Tool CME Group.
Sebelumnya, trader memperhitungkan the Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni, namun serangkaian data termasuk indeks harga konsumen (CPI) dan penolakan dari sejumlah petinggi bank sentral mengubah ekspektasi tersebut.
Aktivitas ekonomi Amerika sedikit meningkat dari akhir Februari hingga awal April, dan perusahaan mengisyaratkan mereka memperkirakan tekanan inflasi akan tetap stabil, menurut survei Federal Reserve, Rabu.
Gubernur Fed Michelle Bowman, Rabu, mengatakan kemajuan dalam perlambatan inflasi AS mungkin tersendat, dan masih menjadi pertanyaan apakah suku bunga sudah cukup tinggi untuk memastikan inflasi kembali ke target 2% bank sentral.
"Dalam pandangan kami, FOMC akan memerlukan pembacaan CPI yang lebih rendah untuk memangkas suku bunga pada September," kata Kristina Clifton, ekonom Commonwealth Bank of Australia.
Di tempat lain, dolar Australia naik 0,12% versus greenback menjadi USD0,6442, sementara dolar Selandia Baru sedikit turun menjadi USD0,5917 setelah menguat 0,6% pada sesi Rabu. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM